Patung Maria "Wahyu Ibu- Ku" |
Akhirnya, setelah 45 menit melewati jalan menanjak dengan tikungan yang tajam ditambah panas terik sang surya yang menyengat di kulit, sampai juga kami bertiga tiba di Kapel Sengonkerep. "Panas dan tidak ada sinyal HP sama sekali mas!!", menggerutu salah satu teman yang baru pertama kali datang ditempat ini.
Perlu diketahui, Lingkungan Sengonkerep ini terletak dideretan pegunungan seribu yang berbatasan langsung antara Kabupaten Klaten dan Gunung Kidul. Tepatnya di Dukuh Sengonkerep, Kelurahan Sampang, Kecamatan Gedangsari. Lingkungan yang umat katolik-nya berjumlah 38 kepala keluarga, dengan mayoritas bekerja sebagai petani, merupakan salah satu lingkungan terisolir yang menjadi bagian dari Paroki Wedi. Sulitnya air bersih dan medan yang berat, menjadi warna tersendiri dalam keseharian umat lingkungan yang sedang bebenah mendirikan tempat ziarah baru ini.
Seturut rencana, kedatangan kami untuk melakukan survei lokasi kegiatan "weekend" OMK Wedi. Kemudian tampak dari kejauhan, seorang lelaki setengah baya dengan senyum ramah mengembang menyambut kedatangan kami. Sambil berjabat tangan dan memperkenalkan diri, Bapak Antonius Sukamto namanya, mempersilakan kami masuk kerumahnya yang tak jauh dari Kapel. Setelah sedikit berbasa-basi akan maksud kedatangan kami, sejurus kemudian, sang empunya rumah mengajak kami menuju lokasi Taman Maria "Wahyu Ibuku" Giri Wening.
Patung bunda Maria yang lama. |
Melalui jalan setapak yang menurun, dengan jarak sekitar 100 meter, terlihat sebuah patung Bunda Maria setinggi 2meter, yang membopong bayi Yesus. Deretan tebing batu yang memanjang seperti sebuah benteng, menjadi saksi bisu keberadaan taman Maria ini. Warga sekitar menyebutnya Watu Gedheg, yang secara harfiah, watu berarti batu dan gedheg yaitu sejenis anyaman bambu yang digunakan untuk dinding rumah.
"Pada pertengahan tahun 2009 lalu, salah satu adiknya, Romanus Pambudi, melakukan lelaku prihatin. Akhirnya dari lelaku prihatin tersebut, diberi wangsit atau petunjuk adanya suatu gambaran "kepala Yesus" berwujud sinar berbentuk "salib" yang jatuh dan tertuju disalah satu tempat disekitar kebun belakang rumahnya. Kemudian keluarga besar Ibu Gito Suwarno, berembug untuk mendirikan tempat ziarah di lokasi jatuhnya sinar berbentuk salib itu tadi. Hal tersebut dilakukan sebagai apresiasi penghargaan kepada ayahanda mereka, almarhum Yusuf Paimin Gito Suwarno, yang telah babat-babat alas (merintis) dan mengantarkan Sengonkerep menjadi ladang Kristus sampai saat ini. Bahkan kedua adiknya yang lain, Bruder Yohanes Yuwono, SCJ dan Frather Petrus Cipto Nugroho, SCJ mengabdikan hidupnya sebagai biarawan". Cerita Bapak Antonius Sukamto tentang awal mula Taman Maria "Wahyu Ibuku" Giri Wening ini.
Harap diketahui, peran serta Kongregasi Imam Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) Jogja dalam mendirikan Taman Maria "Wahyu Ibuku" Giri Wening begitu besar. Dari pergantian patung hingga perubahan nama. Pada awal mulanya, nama tempat ziarah ini diberi nama Gua Maria "Wahyu Ibuku" Watu Gedheg. Kemudian pada saat pergantian patung yang baru, tarekat SCJ Jogja ini, menyarankan agar nama tempat ziarah ini diganti dengan Taman Maria "Wahyu Ibuku" Giri Wening. "Wahyu Ibuku" yang berarti "Utusan BundaKu (Maria)" sedangkan "Giri Wening" yang artinya "gunung yang hening", sesuai dengan keadaan tempat ini yang berada di daerah pegunungan yang masih sepi dan jauh dari kebisingan kota.
Umat Sengonkerep |
Masih menurut Bapak Antonius Sukamto, yang juga putra tertua dari Bapak/ Ibu Yusuf Gito Suwarno. "Karena keterbatasan dan kemampuan faktor ekonomi, jadi kami belum bisa memenuhi sarana dan prasarana penunjang menuju lokasi serta tempat altar dan tempat doa yang baik. Kami mengharapkan partisipasi dan perhatian kepada umat Kristiani dimanapun berada, demi kelancaran dan kesempurnaan tempat ziarah Taman Maria "Wahyu Ibuku" Giri Wening ini. Dan yang terpenting, iman umat terselamatkan dan makin mencintai Yesus".
Sekarang makin banyak pilihan tempat ziarah saat anda berkunjung ke Paroki Wedi, selain Gua Maria Marganingsih Bayat, Tempat Peziarahan Sendang Sriningsih Jali, dan sekarang Taman Maria "Wahyu Ibuku" Giri Wening. Inilah perwujudan simbol hati dan perwujudan iman umatSengonkerep.
artikel ini pernah dimuat majalah "UTUSAN" edisi okt'10
Bagaimana pembangunan Taman Maria Giri Wening sekarang? Apakah pembangunan yang sementara dihentikan sekarang sudah dapat dilanjutkan lagi? Semoga selanjutnya pembangunan lancar dari berbagai gangungan yang kelihatan maupun yang tak kelihatan. Salam, doa 'n Berkah Dalem, + J. Pujasumarta
BalasHapusmohon izin mengutip cerita ini dalam blog saya di vinceney.net
BalasHapusBerkah Dalem