Selasa, 24 Mei 2011

Weekend Sengonkerep: Belajar "Memberi dari Kekurangan"

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Lingkungan Sengonkerep, dalam benak yang terbayang "suatu lingkungan yang panas dan jauh dari keramaian". Yups, tnyata benar!! 

Lingkungan yang terletak dibarisan pegunungan seribu,perbatasan kab. Klaten dan Gunung Kidul, tepatnya di desa Sampang, Kecamatan Gedangsari ini, berjarak sekitar 45 menit dari Wedi. Lingkungan yang umatnya terdiri dari 38 KK, yang rata-rata berkerja sebagai petani ini,telah membuka mata kami untuk belajar "memberi dari kekurangan".
                           
Sabtu sampai minggu (25-26/09'10), saat weeekend dengan fasilitas yang "minim", seperti MCK yang tidak memadai, sulitnya air bersih, dan keterbatasan komunikasi (tak ada sinyal), serta padamnya listrik (waktu itu ada hujan lebat dan badai). Itu semua luntur oleh senyum, kesederhanaan dan sambutan hangat layaknya keluarga. Dari yang tua sampai yang muda, dari yang perempuan sampai laki-laki, mencoba memberikan pelayanan yang terbaik. Mereka bergotong royong tanpa kami mintai tolong,bahkan menghidangkan sgala macam makanan khas mereka, yang sebenarnya sudah kami persiapkan dari rumah. Layaknya sedang hajatan.  
                            
Ada pula suatu kejadian yang masih terekam dalam ingatan. Ketika Misa akan dimulai, munculah seorang kakek tua yang melakukan jabat tangan penuh rasa persahabatan kepada seluruh OMK, tanpa terlewatkan se- OMK pun. Membuat mata kami semua tertegun penuh rasa kagum. Jamuan yang mereka berikan ini, membuat kami semua jadi ''pakewuh" .
                            
Berbicara tentang ini semua jadi teringat pada kisah perempuan tua yang begitu ingin mendengarkan kotbah sang Budha. Perempuan tua itu begitu miskin. Untuk mendengarkan kotbah sang Budha, umat diharapkan membawa dian yg menyala. Perempuan tua itu tak mempunyai uang untuk membeli minyak diannya. Namun karena hatinya begitu ingin mendengarkan kotbah sang Budha yang sedang singgah dikotanya, maka ia memotong rambutnya dan menjualnya untuk membeli minyak diannya.
                            Sambil membawa dian yang menyala ia duduk di belakang sendiri, saat sang Budha sedang berkotbah. Tiba-tiba datang angin ribut yang keras dan mematikan dian - dian para pendengar kotbah sang Budha. Namun, dian nenek tua itu tetap menyala. Para hadirin terkejut, dan nenek tua itupun terheran-heran.
                             Namun,segera bersabdalah sang Budha. "Nenek tua itu telah memberi dari kekurangannya. Ia merelakan satu-satunya miliknya untuk mengejar kebahagiaan yang diinginkannya. Lain dengan kalian. Kalian memberi dari kelebihan, hal biasa yg bisa dikerjakan orang berada. Memang memberi dari kekurangan kiranya lebih berharga daripada memberi dari kelebihan yang dimiliki seseorang".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar